Syekh Ini Jadi Wali Quthub Berkat Kesabarannya Hadapi Istri yang
syekh ahmad ar-rifa'i--
RAKYAT BENTENG.COM - Sekilas tentang sosok Syekh Ahmad ar-Rifa’i RA dikutip dari berbagai sumber, secara garis keturunan, nasab Syekh Ahmad ar-Rifa’i dari jalur bapak sampai kepada Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib. Sedangkan nasabnya dari jalur ibu bersambung sampai sahabat Nabi bernama Abu Ayyud al-Anshari.
Sufi berkebangsaan Irak ini merupakan ulama terkemuka yang juga banyak mencetak ulama-ulama hebat.
Di antara murid-muridnya adalah Syekh Abu Syuja’ (penulis Matan Taqrib), Syekh Umar Abul Faraj ‘Izzuddin al-Farutsi al-Wasithi (seorang ahli hadits), Syekh Abu Zakaria al-Atsqalani, Syekh Abul Fath al-Wasithi, Syekh Abul Mu’ali Badruddin al-‘Aquli, Syekh Hasan ar-Ra’i, Syekh Jamaluddin al-Khatib, dan masih banyak lagi.
Siapa menyangka jika di balik nama besarnya ada sosok istri galak yang kerap kali mengomeli hingga tak segan main tangan. Lantas bagaimana Syekh ar-Rifa'i menyikapi teman hidupnya itu?
BACA JUGA:Dan Rasulullah pun Tertawa karena Tingkah Sulaiman bin Shakher, Ini Kisahnya
Dikisahkan, sekali waktu santri kesayangan Syekh ar-Rifa’i bermimpi melihat gurunya berada di surga. Di hari berikutnya ia melihat mimpi serupa, dan terus berulang kali. Akan tetapi ia merahasiakannya, tidak ada satu orang pun yang ia beritahu, termasuk gurunya.
Ternyata Syekh ar-Rifa’i memiliki istri yang galak. Setiap hari ia menerima perlakuan kasar darinya.
Suatu hari santri yang pernah bermimpi melihat syekh di surga itu bertamu ke rumah dan melihat gurunya dipukul oleh istrinya menggunakan kayu pengorek tungku sampai noda hitamnya membekas di baju. Kendati demikian, Syekh Rifa'i hanya diam.
Melihat insiden ini, santri tadi resah dan melaporkan ke santri-santri yang lain. “Begini, kawan-kawan sekalian. Guru kita mendapat perlakuan kasar dari istrinya, sementara selama kita tidak berbuat apa-apa.” Kemudian terbesit dalam pikiran mereka agar sang guru menceraikan istrinya.
BACA JUGA:Ingin Dicintai Allah, Malaikat, dan Manusia?
Tapi masalahnya sang guru orang fakir, tidak akan mampu untuk memberi ganti mahar yang ditaksir senilai 500 dinar untuk menceraikan istri.
Mereka pun bersepakat untuk iuran. Setelah uang terkumpul, mereka menghampiri sang guru untuk menyerahkan uang tersebut. Melihat uang sebanyak itu, Syekh bertanya, “Uang untuk apa ini?”
Para santri menjawab, “Ini sebagai ganti mahar untuk istri guru yang sudah berlaku kasar.”
Syekh hanya tersenyum dan berkata, “Andaikan bukan karena kesabaran menghadapi omelan dan pukulan istri, kau tidak akan bermimpi melihatku di surga.” (As-Susi, Shafahatun min Akhbaril Ambiya, halaman 18-19). Wallahu a’lamu bish-shawab.(tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: