Dampak Pemungutan Limbah BB Terhenti: Guru Sekolah Terpencil Patungan Sewa Mobil, Jalan Kaki Seberangi Sungai
Beginilah perjuangan guru-guru di pelosok Provinsi Bengkulu. Mereka harus menaiki mobil angkutan batu bara karungan untuk menuju ke sekolah--
Dampak Pemungutan Limbah BB Terhenti: Guru Sekolah Terpencil Patungan Sewa Mobil, Jalan Kaki Seberangi Sungai
RAKYAT BENTENG.COM - Bukan saja menghilangkan sumber pendapatan masyarakat, penghentian aktivitas pemungutan Batu Bara (BB) limbah di aliran sungai juga makin menyulitkan para "Oemar Bakri" yang bertugas di sekolah terpencil. Jika selama ini guru-guru yang penugasan di sekolah Desa Tanjung Raman, Kecamatan Taba Penanjung mengandalkan tumpangan mobil double gardan pengangkut karungan berisi BB limbah lantaran kondisi jalan yang sangat parah, semenjak tidak ada lagi aktivitas warga di sungai praktis tidak ada lagi tumpangan gratisan untuk guru.
Demi tetap melaksanakan tugas mencerdaskan anak-anak bangsa, para guru yang bertempat tinggal di luar desa saat ini terpaksa menyewa kendaraan dengan biaya sewa yang tidak sedikit, kabarnya mencapai Jutaan Rupiah. Adapun sumber biaya sewanya dari patungan.
Dapat dibayangkan tambahan beban biaya sewa kendaraan yang harus ditanggung oleh para guru. Pengeluaran tambahan ini dikeluarkan para guru selama tiga bulan terakhir, atau sejak bulan Juli 2023, bertepatan dengan pemasangan garis polisi di puluhan lokasi penampungan BB karungan oleh Kepolisian.
BACA JUGA:Promo HokBen Super Bowl Kamis-Minggu, Modal Rp38 Ribu Dapat Beef Teriyaki
BACA JUGA:Bisa Jadi Anda Salah Satunya, Ini Ciri-Ciri Orang yang Cerdas yang Jarang Disadari
"Biasanya kami para guru menumpang mobil angkutan batu bara karungan yang ingin masuk ke dalam menjemput dari penampungan di pinggir sungai. Dikarenakan tidak beroperasi lagi, maka harus menggunakan jasa antar jemput dari pinggir jalan raya ke dalam. Satu bulannya biaya Rp2 juta. Kami patungan biayanya berbeda-beda, tidak sama rata. Itupun melihat kondisi sungai, kalau air sedang naik mobil tidak bisa menyeberang. Akhirnya kami para guru berjalan kaki menyeberangi sungai. Lalu terus berjalan sampai ke desa yang jauhnya lumayan,’’ ujar Kastawi, M.Pd, Kepala SMPN 22 Bengkulu Tengah.
‘’Kasihan sama anak-anak yang sangat giat belajar di desa. Sembari menunggu jalan dibangun paling tidak mobil angkutan batu bara karungan bisa beroperasi lagi sehingga kami bisa numpang tidak harus mengeluarkan biaya sewa. Jelas sangat memberatkan, apalagi buat guru honorer," tandas Kastawi.(tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: