Penampakan Kambing Ketahanan Pangan Desa Karang Tinggi Bengkulu Tengah: 20 Ekor Dilapor Mati, 10 Ekor Dijual

--
Penampakan Kambing Ketahanan Pangan Desa Karang Tinggi Bengkulu Tengah: 20 Ekor Dilapor Mati, 10 Ekor Dijual
RAKYATBENTENG.DISWAY.ID - Sedangkan tujuan awal program ketahanan pangan diantaranya untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan, kesejahteraan ekonomi dan keamanan pangan bagi masyarakat, yang terjadi di Desa Karang Tinggi, Kecamatan Karang Tinggi, Bengkulu Tengah justru sebaliknya. Program ketahanan pangan anggaran 2024 lalu penggemukan kambing bisa dikatakan gagal total.
Informasi terhimpun, dari total 30 ekor kambing yang dibeli dan diserahkan kepada kelompok untuk dikelola saat ini sudah tidak ada lagi seekor pun melainkan hanya tersisa kandangnya saja.
"Pernah kami terdengar tapi kami tidak tahu seperti apa pengelolaannya. Kandangnya ada, tidak tahu kambingnya masih ada atau tidak," kata salah seorang warga yang minta tidak disebutkan identitasnya
Dikonfirmasi, Kades Karang Tinggi, Zaipul Aripin mengklarifikasi keberadaan kambing-kambing program ketahanan pangan desanya. Dimana dari total 30 ekor, 20 ekor mati karena penyakit. Sedangkan sisanya, 10 ekor lagi dijual dengan harga Rp1,1 juta per ekor.
Keputusan menjual kambing lantaran kondisi kambing yang sakit, dan dari pihak kelompok disebut tidak sanggup lagi.
BACA JUGA:Garuda Indonesia dan Citilink Siapkan 1,9 Juta Kursi Penerbangan untuk Libur Lebaran 2025
BACA JUGA:Kasus Pemalsuan 109 Ton Emas Antam: Ini Fakta dan Cara Membedakan Emas Asli vs Palsu
Kambing sendiri dibeli dari luar Bengkulu Tengah dengan harga per ekornya Rp2 juta. Usia kambing saat dibeli adalah 6 bulan.
"Total yang dijual itu sebanyak 10 ekor, 3 ekor diantaranya sakit. Kami menjual itu dari permintaan kelompok pengelola karena mereka tidak ada kesanggupan lagi. Hasil dari penjualan sebagian diberikan ke pengurus, sebagian lagi disilpakan. Kalau saya menganjurkan supaya ketahanan pangan ini tetap berlanjut, dan kalau bisa dijual pada saat lebaran Idul Adha agar harganya meningkat. Kalau sekarang posisinya pasti murah. Per ekornya kami jual Rp1.100.000," jelas Zaipul.
"20 ekor lainnya mati, bukan karena disembelih tapi mati karena sakit. Tidak serentak matinya, bertahap. Terakhir kambing mati sekira 2 mingguan sebelum masuk puasa. Padahal sudah berupaya ditangani dengan pengobatan tapi tetap tidak terselamatkan. Pertanggungjawaban setiap kambing yang mati ada berita acara, diketahui kelompok, ditandatangani kades dan BPD," urai Zaipul lagi.(one)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: