Pria Asal Solo Ini Jadi Manusia Tercepat di Asia Tenggara, Berikut Kisahnya
![Pria Asal Solo Ini Jadi Manusia Tercepat di Asia Tenggara, Berikut Kisahnya](https://rakyatbenteng.disway.id/upload/9e8e92f11e2c3f07a650a4643fc85f86.jpg)
Suryo Agung Wibowo--
Suryo menceritakan, kala itu awalnya dia hanya sebagai pelatih fisik. Dalam masa pramusim, Suryo ikut dalam laga sparring lawan satu tim saat babak kedua. Menempati posisinya sayap kanan, kala itu Suryo bermain lepas, permainan sepak bola biasa. Siapa nyana dalam perjalanan dari locker room ke tempat parkir, pelatih kepala Persikab menawarinya bermain secara profesional.
"Ditawari di situ, coach Suryo mau enggak jadi pemain sekalian. Jadi waktu sesi fisik saya yang memimpin, ketika main ya sesuai kebutuhan, lihat situasi. Saya jawab oke siap," sebut Suryo.
Dia mengaku ketika itu tidak berpikir panjang menerima tawaran tersebut. Perihal kontrak atau gaji bukan masalah baginya. Apa yang dilakukan Suryo kala itu lebih pada mewujudkan cita-cita masa kecilnya menjadi pemain bola profesional.
"Waktu itu masih Divisi Utama, satu musim saja," kenang Suryo yang menyebut banyak tawaran dari tim-tim bola namun ditolak lantaran fokus pada pekerjaannya sebagai PNS.
Bagi Suryo sendiri, baik atletik dan sepak bola adalah bagian dari kehidupannya. Kedua olahraga ini memiliki perbedaan yang menurutnya saling melengkapi satu sama lain. Di atletik misalnya, dia bisa mendapatkan kepuasan dalam pencapaian prestasi, yang menjadi pembuktian setelah melakoni latihan dan kerja keras.
"Puas bisa juara, bisa pecah rekor. Sedangkan kalau di sepak bola itu senang. Senang temannya banyak, bisa ngegolin, kasih asisst, menang. Jadi itu perbedaan di atletik dan sepak bola. Di atletik itu kepuasan, kalau di bola itu kesenangan," tegas Suryo.
Ayah dua anak ini mengakui bukan hal mudah dalam meraih prestasi di dunia atletik khususnya lari 100 meter. Pasalnya dia harus melawan diri sendiri, memacu diri pribadi untuk terus berlari. Apalagi setelah latihan yang terus-menerus, perasaan bosan kerap kali melanda.
Makanya Suryo menyiasati bagaimana melawan rasa bosan dan terus giat berlatih. Biasanya kalau sudah bosan begitu, dia akan refreshing dengan bermain video game atau sekadar menyaksikan laga sepak bola.
"Kadang saya juga ikut main bola juga, tetapi yang tipis-tipis biar otak ini fresh," tutur suami dari Astatik Anjarwani ini.
Diakui Suryo, pencapaiannya saat ini tidaklah mudah. Begitu banyak duka dan pengorbanan yang dilaluinya. Termasuk tatkala dia mesti meninggalkan dan berada jauh keluarganya untuk mengikuti kejuaraan. Dia mesti rela meninggalkan istrinya di kampung yang baru saja melahirkan buah hatinya.
Pun begitu, sejak berkarier sebagai atlet, Suryo kerap berpisah dari ibundanya tersayang. Apalagi sebagai anak bungsu, Suryo terbilang dekat dengan kedua orang tuanya. Namun semua pengorbanan itu terbayarkan dengan prestasi yang bukan hanya mengharumkan nama bangsa, melainkan juga membanggakan keluarga.
"Semua itu terbayarkan dengan prestasi, dengan medali emas yang memecahkan rekor, dengan catatan waktu yang baik, semua terbayarkan, sukanya di situ," ungkap Suryo.
Karena itu dia berpesan kepada generasi muda, ketika sudah memilih terjun ke suatu bidang, jangan setengah-setengah dalam menekuninya. Melainkan mesti membuktikan bahwa pengorbanan yang dilakukan itu memang pantas atau layak.(tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: