Waspadai Gejala Demam Tifoid: Jangan Anggap Remeh, Bisa Berakibat Fatal!

--
RAKYATBENTENG.COM - Demam tifoid atau yang lebih dikenal sebagai tifus, bukan sekadar penyakit biasa.
Infeksi bakteri Salmonella Typhi ini bisa menyerang siapa saja dan menyebar cepat melalui makanan atau minuman yang tercemar.
Jika tidak ditangani dengan serius, tifoid bisa menyebabkan komplikasi serius, bahkan mengancam nyawa.
Apa Itu Demam Tifoid?
BACA JUGA:5 Rekomendasi Asuransi Kesehatan Terbaik di Indonesia 2025, Ini Daftarnya
Mengutip Cleveland Clinic, demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang menyerang saluran pencernaan, khususnya usus halus. Penyakit ini ditandai dengan berbagai gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, gangguan saluran cerna, hingga munculnya ruam di kulit.
Tifoid paling sering ditemukan di wilayah dengan sanitasi buruk dan akses air bersih yang terbatas, seperti di Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, termasuk beberapa daerah di Indonesia.
Gejala Demam Tifoid yang Harus Diwaspadai
Gejala tifoid biasanya muncul secara bertahap.
BACA JUGA:Makan Gorengan Tanpa Takut Kolestrol Mengancam, Ini Cara Sehat Menurut Ahli Gizi
- Minggu pertama: demam ringan yang terus meningkat, tubuh terasa lemas, sakit kepala, serta nafsu makan menurun.
- Minggu kedua: demam tinggi yang sulit turun, sakit perut, diare atau sembelit, dan bintik merah muda di perut atau dada mulai muncul.
- Minggu ketiga: jika tidak ditangani, penyakit bisa masuk ke fase berbahaya dengan risiko komplikasi serius seperti perdarahan usus, radang otak (ensefalitis), hingga kegagalan organ. Di tahap ini, risiko kematian meningkat tajam.
Bagaimana Demam Tifoid Menular?
Penularan tifoid terjadi lewat makanan atau minuman yang tercemar tinja atau urin dari penderita.
Kebiasaan tidak mencuci tangan setelah dari toilet lalu menyentuh makanan adalah penyebab utama penyebaran.
Bakteri juga bisa berpindah dari permukaan benda seperti gagang pintu, alat makan, hingga ponsel.
Cara Diagnosis dan Pengobatan
Untuk memastikan diagnosa tifoid, dokter biasanya akan memeriksa sampel darah, tinja, atau urin untuk mendeteksi keberadaan Salmonella Typhi.
Jika positif, pengobatan harus segera dilakukan dengan antibiotik seperti ciprofloxacin, azitromisin, atau cefixime. Karena adanya risiko resistansi antibiotik, pengobatan harus dilakukan sesuai anjuran dan dalam pengawasan dokter.
BACA JUGA:Nikmati Manfaat Sehat dari Jus Pepaya Muda, Benarkah Bisa Jaga Kesehatan Jantung?
Catatan penting: meski gejala membaik, pasien harus menyelesaikan seluruh dosis antibiotik agar tidak menjadi pembawa bakteri secara diam-diam dan menyebarkan infeksi ke orang lain.
Pencegahan Tifoid yang Efektif
Langkah terbaik untuk menghindari tifoid adalah mencegahnya sejak dini.
- Vaksinasi tifoid sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang tinggal atau bepergian ke daerah rawan.
- Biasakan mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet.
- Pastikan makanan dan air minum yang dikonsumsi dalam kondisi higienis.
BACA JUGA:Kol Goreng Bisa Picu Kanker? Simak Fakta Mengejutkan dari Ahli Gizi!
Kesimpulan
Demam tifoid bisa sembuh jika ditangani dengan cepat, tapi jika diabaikan bisa berujung fatal. Jangan sepelekan gejala seperti demam tinggi yang tak kunjung turun, apalagi disertai gangguan pencernaan.
Segera periksa ke dokter dan kenali gejalanya sejak dini, karena pencegahan dan deteksi cepat adalah kunci utama untuk menghindari bahaya yang lebih besar. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: