Mengenal Sejarah dan Makna Hari Raya Idul Fitri

--
RAKYATBENTENG.COM - Hari Raya Idul Fitri pertama kali dirayakan pada tahun 624 Masehi, atau tepatnya pada tahun kedua Hijriyah, bersamaan dengan kemenangan umat Islam dalam Perang Badar.
Kemenangan ini menjadi sebuah tonggak bersejarah yang tidak hanya menunjukkan keberhasilan dalam perang, tetapi juga sebagai tanda keberhasilan umat Muslim dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama sebulan penuh.
Dilansir dari disway.id, Idul Fitri tidak hanya dipandang sebagai kemenangan fisik, tetapi juga sebagai kemenangan spiritual, karena merupakan waktu untuk merayakan keberhasilan dalam menunaikan kewajiban berpuasa.
Dalam kitab Risalah fil Aqaid, Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari menyebutkan bahwa pada masa sebelum datangnya Islam, masyarakat jahiliyah merayakan dua hari besar, yaitu Nairuz dan Marjaan. Hari-hari tersebut dirayakan dengan pesta pora, minum-minuman keras, dan tarian yang dipengaruhi oleh budaya Persia Kuno.
Setelah kedatangan Islam dan kewajiban puasa Ramadhan, Rasulullah SAW menggantikan dua hari tersebut dengan Idul Fitri dan Idul Adha. Kedua hari raya ini memberikan makna yang lebih mendalam dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Rasulullah SAW bersabda:
“Kaum jahiliyah memiliki dua hari untuk bersuka cita. Ketika Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah, beliau bersabda: Kalian memiliki dua hari untuk bersuka cita, tetapi Allah telah menggantinya dengan dua hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR Abu Dawud dan An-Nasa’i).
Imam al-Baihaqi dalam as-Sunanul Kubra juga mengingatkan bahwa mereka yang tetap merayakan tradisi jahiliyah hingga meninggal, akan dibangkitkan bersama mereka pada hari kiamat.
Oleh karena itu, Idul Fitri lebih dari sekadar perayaan; ia adalah bentuk rasa syukur dan ibadah kepada Allah SWT.
Makna Mendalam Idul Fitri
Idul Fitri bukan hanya sekadar merayakan berakhirnya puasa Ramadhan, tetapi juga menjadi waktu yang penuh berkah di mana Allah SWT memberikan ampunan kepada umat-Nya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa setelah umat Islam menjalankan ibadah puasa dan melaksanakan shalat Idul Fitri, Allah memerintahkan malaikat-Nya untuk mengampuni dosa-dosa mereka.
Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairomi dalam Hasiyah al-Bujairami alal Khatib menyatakan bahwa esensi Idul Fitri terletak pada peningkatan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, bukan pada hal-hal duniawi seperti pakaian baru atau kemewahan. Idul Fitri sejati adalah milik mereka yang telah dibersihkan dari dosa dan bertambah kebaikannya setelah Ramadhan.
Meski begitu, mengenakan pakaian baru di hari raya tetap dianjurkan sebagai simbol kebersihan hati dan sebagai bentuk syiar Islam. Selain itu, tradisi menyajikan hidangan khas Lebaran dapat turut mendukung perekonomian masyarakat.
Namun, yang lebih penting adalah memastikan bahwa segala perayaan tersebut diiringi dengan peningkatan ibadah dan ketakwaan kepada Allah SWT. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: