Berhenti Konsumsi Gula Baik untuk Kesehatan, Tapi Ada Efek Bagi Otak, Simak Penjelasannya

Berhenti Konsumsi Gula Baik untuk Kesehatan, Tapi Ada Efek Bagi Otak, Simak Penjelasannya

Menghentikan atau mengurangi konsumsi gula dapat bermanfaat bagi kesehatan Anda. Namun, terdapat efek pada otak --Foto: https://www.fimela.com--

RAKYATBENTENG.COM - Menghentikan atau mengurangi konsumsi gula dapat bermanfaat bagi kesehatan Anda. Namun, terdapat efek pada otak. 

Seperti diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2019, terjadi 1,5 juta kematian disebabkan oleh diabetes. Hingga 48 persen di antaranya melibatkan orang-orang yang berusia di bawah 70 tahun.

Hingga 460.000 kematian di seluruh dunia juga disebabkan oleh penyakit ginjal yang disebabkan oleh diabetes. Gula darah juga menyebabkan sekitar 20 persen kematian akibat penyakit kardiovaskular.

Untuk menghindari hal tersebut, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi konsumsi gula. Namun ternyata tindakan tersebut menimbulkan efek yang bisa terjadi akibat respon otak terhadap gula.

BACA JUGA:Kejaksaan RI Buka Lowong CPNS 2024 Besar-besaran untuk Lulusan SMA, D3 dan S1

BACA JUGA:Bingung Cari Smartphone yang Pas Buat Anak Sekolah? Ini Dia Rekomendasinya, Harga Ramah di Kantong

Efek Gula Bagi Otak

Setiap orang melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang karena itu menyenangkan bagi otak. Ketika seseorang melakukan suatu tindakan yang menyenangkan, sistem otak melakukan aktivitas yang disebut jalur mesolimbik. 

Sistem ini terjadi ketika sekelompok neuron di otak yang disebut area tegmental ventral menggunakan neurotransmitter dopamin untuk memberi sinyal ke bagian otak yang disebut nukleus akumbens.

Bagian otak, yaitu nukleus akumbens dan korteks prefrontal, akan bertanggung jawab menentukan gerakan motorik yang dilakukan setiap hari. Misalnya saja makan kue yang manis. 

Mengonsumsi makanan manis menjadi salah satu penyebab rangsangan yang memuaskan dan menyenangkan bagi otak, disebutkan oleh International Association for Agricultural Sustainability (IAAS) Singapura. Hal ini karena sukrosa atau gula mengaktifkan reseptor rasa manis di mulut.

BACA JUGA:Tentang Baju Adat yang Dikenakan Presiden Jokowi Pimpin Upacara HUT RI di IKN, Warisan Kesultanan

BACA JUGA:Ini Dia Nama-Nama 76 Paskibraka Nasional yang Dikukuhkan Presiden Jokowi

Reseptor menyebabkan adanya pelepasan dopamin dan serotonin pada bagian otak. Kedua hormon ini bertugas mengatur perasaan bahagia. Sebaliknya, kebanyakan orang lebih menyukai rasa manis dibandingkan rasa asam dan pahit karena adanya jalur mesolimbik otak. Hal ini membuat tubuh berpikir bahwa makanan manis merupakan sumber karbohidrat yang menyehatkan tubuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: