Bukan di Provinsi Bengkulu, Benteng di Sulawesi Tenggara Ini Dinobatkan yang Terluas di Bumi

Bukan di Provinsi Bengkulu, Benteng di Sulawesi Tenggara Ini Dinobatkan yang Terluas di Bumi

Benteng Keraton Buton. (dok kemenparekraf)--

Benteng Keraton Buton ini memiliki 3 komponen. Pertama, Badili atau meriam. Obyek wisata ini merupakan meriam yang terbuat dari besi tua. Meriam ini bekas persenjataan Kesultanan Buton peninggalan Portugis dan Belanda yang dapat ditemui hampir pada seluruh benteng di Kota Baubau.

Berikutnya adalah Lawa. Artinya dalam bahasa Wolio adalah pintu gerbang. Lawa berfungsi sebagai penghubung keraton dengan kampung-kampung yang berada di sekeliling benteng keraton. 

Terdapat 12 lawa pada benteng keraton. Angka 12 menurut keyakinan masyarakat mewakili jumlah lubang pada tubuh manusia, sehingga benteng keraton diibaratkan sebagai tubuh manusia.

Ketiga, Balarua. Kata baluara berasal dari bahasa portugis yaitu baluer yang berarti bastion. Baluara dibangun sebelum benteng keraton didirikan pada tahun 1613 pada masa pemerintahan La Elangi/ Dayanu Ikhsanuddin (Sultan Buton ke-4) bersamaan dengan pembangunan ‘godo’ (gudang). Dari 16 baluara dua diantaranya memiliki godo yang terletak di atas baluara tersebut.

Masing-masing berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan mesiu. Setiap baluara memiliki bentuk yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi lahan dan tempatnya. Nama-nama baluara dinamai sesuai dengan nama kampung tempat baluara tersebut berada.

Benteng Keraton Buton terletak di puncak setinggi 100 mdpl. Dari ketinggian tersebut, kita dapat melihat pemandangan Kota Baubau beserta dengan selat Baubau dan Pulau Muna yang berhadapan langsung dengan Kota Baubau.(tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: