Sosok Pria Asal Blitar Ini Tak Setenar Ikan yang Ditemukannya, Yuk Simak Kisah Mbah Moedjair

Sosok Pria Asal Blitar Ini Tak Setenar Ikan yang Ditemukannya, Yuk Simak Kisah Mbah Moedjair

--

Sosok Pria Asal Blitar Ini Tak Setenar Ikan yang Ditemukannya, Yuk Simak Kisah Mbah Moedjair

RAKYAT BENTENG.COM - Siapa yang tidak kenal dengan ikan Mujair? Ikan yang mirip dengan ikan Nila ini sangat mudah ditemukan di pasaran dan jadi salah satu ikan favorit yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sejak lama.

Selain lezat, ikan mujair merupakan sumber protesin dan mengandung mineral yang penting untuk tubuh. Diantara manfaat mengonsumsi ikan mujair yaitu mencegah kanker, meningkatkan kesehatan jantung, dan memperkuat tulang

Tahukah kamu bahwa nama mujair bukanlah sesungguhnya nama ikan tersebut melainkan nama orang penemunya. Fakta unik lain ternyata mujair bukanlah murni ikan air tawar.

Penasaran? berikut kisah penemuan ikan mujair dirangkum dari berbagai sumber

Kisah Mbah Moedjair

Mbah Moedjair yang bernama asli Iwan Dalauk lahir pada tahun 1890 di daerah Blitar Jawa Timur.

Tak ada yang tahu persis bagaimana Mbah Moedjair bisa menemukan ikan mujair di perairan Serang. Pasalnya, ikan ini diketahui berasal dari perairan Mozambik, Afrika. Nama latinnya Oreochromis mossambicus. Dalam bahasa Inggris disebut mozambique tilapea, atau kadang java tilapea

Sumber menyebutkam bahwa Moedjair bersama rekannya pada tanggal 1 Suro (penanggalan Jawa) mengunjungi pantai Serang, Blitar selatan. Saat itulah ia menemukan ikan yang jumlahnya amat banyak. Moedjair tertarik dengan keunikan ikan tersebut yang menyimpan anak-anaknya di dalam mulut saat bahaya menghadang. Setelah bahaya berlalu ikan tersebut membuka mulut dan mengeluarkan anak-anaknya.

Karena keunikannya Moedjair pun berniat membudidayakan di rumah. Namun ternyata setelah ikan yang ditangkapnya dengan cara menjaring di pantai dibawa pulang ke rumah dan dimasukkan ke dalam air tawar ikan tersebut mati.

Tak patah semangat, Moedjair lalu kembali lagi ke pantai mencari ikan serupa untuk dibawanya pulang. Lagi-lagi percobaan kedua gagal, ikan hasil tangkapannya mati.

Sekalipun harus menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki yang konon jaraknya mencapai 35 - 40 Km, melewati hutan, melewati perbukitan Moedjair terus mencoba dan mencoba.

BACA JUGA:Kecam Tindak Kekerasan di Gaza, Presiden Jokowi Pastikan Indonesia Tidak akan Tinggal Diam!

BACA JUGA:Fakta RS Al Ahli di Gaza yang Jadi Sasaran Bom: Didirikan Tahun 1882, Dikelola Gereja Episkopal

BACA JUGA:Densus 88 Ringkus Terduga Teroris Jaringan JAD dan JI di Kalbar dan Sumsel

Dalam beberapa percobaannya Moedjair menggunakan metode mengisi gentong sebagai tempat ikan dengan air campuran air laut dan air tawar. Percobaan ini tak langsung berhasil. Namun ia secara terus menerus berusaha meramu kadar air yang tepat sebagai habitat baru ikan.

Perjuangan keras Moedjair baru membuahkan hasil di percobaan ke-10 nya_ada yang menyebut 11, persisnya pada tahun 1936. Ikan sebanyak 4 ekor berhasil beradaptasi dan bertahan hidup. Dari situ Moedjair mulai fokus mengembangkan budidaya ikan penemuannya lalu dipasarkan secara luas.

Ikan yang dipelihara Mbah Moedjair berkembang dengan cepat. Ikan tersebut dapat menghasilkan banyak telur.

Pada tahun 1939, penghargaan paling penting didapat Mbah Moedjair melalui konferensi ahli perikanan darat yang digelar Djawatan Perikanan Darat (DPD) di Surabaya. Berkat usulan kepala DPD saat itu, W.H. Schuster, disepakati penyematan nama Mbah Moedjair sebagai nama lokal ikan mujair.

Apresiasi juga datang dari Kantor Karesidenan Kediri yang kala itu masih di bawah Pemerintahan Hindia Belanda. Bahkan, saat peringatan Hari Kemerdekaan RI pada tahun 1951, Mbah Moedjair juga diundang untuk mendapat penghargaan tingkat nasional. 

Mbah Moedjair wafat pada tahun 1957 karena sakit. Pada batu nisan tertulis, Moedjair Penemu Ikan Mujair di Pantai Serang lengkap dengan relief ikan mujair sebagai penghargaan atas jasa penemuannya.(tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: