RAKYATBENTENG.COM - Kasus penipuan melalui pengiriman kode OTP (one-time password) palsu kini semakin sering terjadi, khususnya lewat aplikasi WhatsApp.
Masyarakat diimbau untuk tidak sembarangan membuka atau menanggapi pesan yang berisi kode OTP dari nomor yang tidak dikenal. Modus ini kerap digunakan pelaku kejahatan siber dalam skema social engineering untuk memancing respons dari calon korban.
Jika pesan dibalas, pelaku akan segera menghubungi korban dan mulai melakukan pendekatan. Melalui percakapan tersebut, pelaku berupaya membujuk hingga akhirnya korban secara tidak sadar memberikan informasi pribadi atau akses ke akun penting miliknya.
Dilansir dari disway.id, Bank Syariah Indonesia (BSI) menyampaikan peringatan keras kepada nasabah untuk menjaga kerahasiaan kode OTP.
Ronny Rinaldo, selaku Manager BSI KCP Sabang 2, menekankan bahwa OTP hanya boleh digunakan oleh pemilik rekening dalam proses transaksi pribadi.
"Kami sering mendapatkan laporan dari nasabah yang menjadi korban penipuan karena membagikan OTP mereka. Seharusnya, OTP tidak boleh diungkapkan kepada siapapun, termasuk pihak yang mengaku dari bank," ujar Ronny.
BACA JUGA:Mager Balik Kerja Usai Lebaran? Kenali Gejala Post-Holiday Blues
Ia menambahkan, modus yang sering digunakan biasanya berupa panggilan atau pesan palsu yang mengatasnamakan pihak bank dan meminta OTP dengan alasan keamanan atau verifikasi akun. Nasabah diminta agar tidak mudah percaya pada pesan semacam itu.
Jika nasabah menerima OTP tanpa melakukan transaksi, segera hubungi BSI Call di 14040 untuk melakukan konfirmasi dan memastikan keamanan akun. Aktivasi notifikasi transaksi juga disarankan agar setiap aktivitas pada rekening bisa dipantau secara real-time.
BACA JUGA:GERD Kumat Setelah Lebaran? Ini Makanan yang Harus Dihindari Menurut Dokter
Ronny juga mengingatkan pentingnya menjaga data sensitif seperti user ID, PIN, password, nomor kartu, tanggal kedaluwarsa, serta kode CVV/CVC. Informasi tersebut harus dirahasiakan sepenuhnya.
Dengan meningkatnya kejahatan digital, kesadaran akan keamanan dalam bertransaksi perlu terus ditingkatkan. Mari bersama-sama lebih waspada dan tidak mudah tertipu agar terhindar dari risiko penipuan digital yang semakin berkembang. (**)