Aktif Promosikan Budaya Sunda Kelapa

Aktif Promosikan Budaya Sunda Kelapa

LIPUTAN 11 RBt – Upacara adat Ngaben di Desa Sunda Kelapa, Kecamatan Pondok Kelapa yang tak ubahnya suasana di Pulau Dewata Bali cukup menarik perhatian. Dalam upacara kemarin, terdapat lima jenazah yang dikremasi. Salah seorang yang kagum dengan prosesi adat istiadat tersebut lantas ikut mempromosikannya adalah Reni Astuti, S.Pd. Meski Reni sendiri berbeda agama namun ia tetap menghormati dan ingin masyarakat luas tahu bahwa di Sunda Kelapa kebudayaannya masih sangat kental dan bisa jadi daya tarik wisata. ‘’Bagi kami masyarakat Sunda Kelapa, upacara ngaben ini merupakan momen sakral dimana bisa dijadikan wisata budaya dan wisata religi yang menarik dan memiliki makna mendalam,’’ kata warga setempat, Reni Astuti, S.Pd. Reni menjelaskan, kegiatan ngaben ini sangat jarang dilakukan lantaran merupakan upacara sakral yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Ia berharap kegiatan kebudayaan berikutnya bisa menambah khasanah pengetahuan bagi generasi muda dan ikon bagi desa. ‘’Rangkaian akan berakhir besok (hari ini, red). Masyarakat tidak harus jauh-jauh ke Bali untuk menyaksikannya. Bisa datang ke sini (Sunda Kelapa, red). Keberagaman budaya dan agama bukan menjadikan jarak dan perbedaan. Justru malah menyatukan masyarakat dan memiliki kelebihan tersendiri bagi desa. Semoga tetap menjadi satu kesatuan dalam keberagaman,’’ ajak Reni. Untuk diketahui, ngaben adalah upacara pembakaran jenazah umat Hindu. Upacara ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan untuk mengembalikan roh leluhur ke tempat asalnya. Ngaben dalam bahasa Bali berkonotasi halus yang sering disebut palebon. Palebon berasal dari kata lebu yang artinya prathiwi atau tanah. Palebon artinya menjadikan prathiwi (abu). Untuk menjadikan tanah itu ada dua cara yaitu dengan cara membakar (ngaben) dan menanam ke dalam tanah (metanem). Tujuan dari upacara ngaben adalah mempercepat ragha sarira agar dapat kembali ke asalnya, yaitu panca maha buthadi alam ini dan bagi atma dapat cepat menuju alam pitra. landasan filosofis ngaben secara umum adalah panca sradha yaitu lima kerangka dasar Agama Hindu yaitu Brahman, Atman, Karmaphala, Samsara dan Moksa. Sedangkan secara khusus ngaben dilaksanakan karena wujud cinta kepada para leluhur dan bhakti anak kepada orang tuanya. Upacara ngaben merupakan proses pengembalian unsur panca maha butha kepada Sang pencipta. Ngaben juga disebut sebagai pitra yadnya ( lontar yama purwana tattwa). Pitra yang artinya leluhur atau orang yang mati sedangkan yadnya adalah persembahan suci yang tulus ikhlas.(sir)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: