Perhatikan Empat Syarat Ini Jika Taubatmu Ingin Diterima Allah SWT

Perhatikan Empat Syarat Ini Jika Taubatmu Ingin Diterima Allah SWT

--

RAKYATBENTENG.COM – Manusia yang tak luput dari dosa hendaknya segera bertaubat agar terhindar dari api neraka. Taubat yang berarti rujuk kembali, atau kembali dari jalan yang jauh ke jalan yang lebih dekat kepada Allah SWT. Dalam Ensiklopedia Ibnu Qayyim dijelaskan Inabah atau taubat adalah kembali kepada Allah dan tertujunya segala faktor yang mempengaruhi hati kepadan-Nya.

Ia mencakup rasa cinta dan takut. Para ulama sepakat hukum bartaubat ini adalah wajib. Wajibnya taubat ini didasarkan firman Allah:

Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. (Qs. An -Nur :31)

Begitu juga disebutkan dalam surat at-Tahrim ayat 8:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ …….

Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Qs. At-Tahrim: 8).

Dalam kitab Riyadhus Shalihin disebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah senantiasa memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadanya dalam sehari sebanyak tujuh puluh kali. Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ”Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali. (H.R Bukhari)

Sedangkan dalam riwayat Muslim menyebutkan bahwa Rasulullah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah lebih dari seratus kali. Dari Al-Aqhar Ibnu Yasar Al-Muzani ra, dia berkata: ”Saya mendengar Rasullah bersabda: “Hai manusia taubatlah kepada Allah dan memohon ampunlah kepada-Nya, karena sesungguhnya aku bertaubat (kepada Allah ) dalam satu hari sebanyak seratus kali (H.R.Muslim).

Dalam kitab Minhajul Abidin Imam Al-Ghazali menuliskan diwajibkan manusia untuk selalu bertaubat disebabkan karena dua hal. Pertama, supaya bisa menghasilkan taufik (untuk) ibadah.

Sebab, dosa itu bisa menghalangi untuk mengerjakan ibadah dan mengakibatkan hilangnya tauhid. Belenggu dosa dapat merintangi dari kegesitan berkhitmat kepada Allah dari kemudahan mengerjakan kebaikan dan dari giat dalam ibadah.

Terus-terusan mengerjakan dosa membuat hati hitam, kelam, dan keras. Tidak lagi ada kebersihan dan kebeningannya. Juga, tidak akan merasa lega dan manis dalam mengerjakan ibadah. Jika Allah tidak memberikan rahmat, hati seperti ini akan maka menarik pemiliknya ke dalam kekufuran dan kecelakaan.

Kedua, supaya ibadah dapat diterima Allah. Sebab, kedudukan taubat merupakan pokok dan dasar diterimanya ibadah. Kedudukan ibadah seolah-olah merupakan tambahan. Seperti seorang pemberi utang yang tidak akan mau menerima tambahan jika pokoknya tidak dipenuhi.

 

4 Syarat Diterima Allah SWT

 

Imam Al-Ghazali mengatakan agar taubat dapat diterima Allah, seseorang mesti mengupayakan empat syarat. Pertama, meninggalkan perbuatan dosa dengan dibarengi tekad hati yang kuat bahwa yang bersangkutan tidak akan mengulang dosa tersebut.

Adapun jika seseorang meninggalkan satu perbuatan dosa, tetapi dalam hatinya masih terlintas bahwa mungkin saja suatu waktu dia akan mengerjakannya lagi atau hatinya masih maju-mundur dalam penghentian dosa tersebut maka dia tidak dapat dikatakan bertaubat. Dia hanya dapat dikatakan sebagai orang yang meninggalkan dosa, tetapi bukan orang yang bertaubat.

Kedua menghentikan dan meninggalkan semua dosa yang telah dia lakukan (pada masa lalu) sebelum dia taubat. Adapun jika seseorang meninggalkan dosa yang tidak pernah dia lakukan, dia dinamakan sebagai orang yang menjaga diri, bukan orang yang bertaubat.

Ketiga, dosa yang ditinggalkannya (sekarang) harus sepadan dengan dosa yang pernah dilakukannya. Sepadan bukan dari sisi bentuk dosa, tetapi dari sisi tingkatan dosa.

Misalnya, seorang kakek renta dulunya tukang zina dan tukang merampok. Karena usia tua, dia sudah tidak bisa lagi melakukan dua perbuatan dosa itu.

Sang kakek tidak dapat dikatakan “bertaubat dari (dalam arti menahan diri dan meninggalkan) dua perbuatan dosa itu”, toh dia sudah tidak mampu lagi mengerjakannya.

Maka, taubat yang tepat bagi si kakek ini adalah meninggalkan dosa-dosa yang sepadan dengan dua dosa tersebut, yang masih bisa dia lakukan. Misalnya, berdusta, menggunjing orang lain, menuduh orang lain berbuat zina tanpa ada saksi, mengadu domba, dan sebagainya.

Dengan meninggalkan semua dosa yang sepadan ini, si kakek dapat bertaubat dari perbuatan zina dan merampok yang dulu dilakukannya (meski sekarang dalam keadaan tidak mampu lagi mengerjakannya).

Keempat, meninggalkan dosa harus karena mengagungkan Allah SWT bukan karena takut yang lain, tetapi hanya takut dimurkai Allah SWT, takut pada hukuman-Nya yang pedih. Semata dengan niat seperti ini, tanpa dicampuri hal-hal lain.

Tidak boleh ada maksud keduniaan. Artinya, bukan karena takut orang lain dan bukan juga karena takut dipenjara. Kalau taubat karena takut dipenjara, berarti taubat terhadap penjara, bukan taubat terhadap Allah.

Jadi, taubat itu harus karena takut kepada murka Allah, bukan karena takut dipenjara. Atau, bukan karena tidak punya uang. Kalau taubat karena dia tak punya uang, dia masih bisa saja melakukannya ketika punya uang. Allah SWT senantiasa membukan pintu ampunan taubat kepada hamba baik siang maupun malam. Namun taubat juga mempunyai batas waktunya, yaitu sebelum matahari terbit di sebelah barat (kiamat) dan sebelum roh sampai pada kerongkongan.

Sabda Rasulullah: ”Sesungguhnya Allah ta’la membuka tangan-Nya di malam hari agar bertaubat pelaku dosa di siang hari, dan membuka tangan-Nya di siang hari agar bertaubat pelaku dosa di malam hari sampai matahari terbit di tempat terbenamnya. (HR. Muslim).

Dalam hadist hasan yang diriwayatkan oleh Imam Tarmidzi dari Abdurrahmat ibnu Umar bin Khatab r.a. Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hambanya selama ruhnya belum sampai ke tenggorokan.

Oleh sebab itu, sebelum masa itu datang marilah senantiasa untuk mengintropeksi diri dari dosa yang telah dikerjakan, serta memanfaatkan waktu untuk untuk memohon ampun dan bertaubat kepada Allah.

 

Tata Cara Sholat Taubat

              Membaca niat

              Takbiratul ihram

              Membaca doa iftitah dan surat Al-Fatihah

              Membaca surat pendek

              Ruku’ dan baca doa ruku’

              I’Tidal dan baca doa i’tidal

              Sujud dan baca doa sujud

              Duduk di antara dua sujud dan baca doa duduk di antara dua sujud

              Duduk tahiyat akhir dan baca doa tahiyat akhir

              Membaca sholawat Nabi Muhammad

              Salam Pertama/ke Kanan

              Salam Kedua/ke Kiri

Setelah selesai melaksanakan sholat dua rakaat kemudian dilanjutkan dengan meminta ampunan pada Allah SWT, beristighfar dan minta maaf atas dosa-dosa yang pernah dilakukan. Demikian penjelasan tentang taubat. Semoga informasi ini bermanfaat.(red)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: