Sempat Terpuruk Dilanda Covid, Bangkit Lewat Transformasi Digital, Sirup Kalamansi Kini Diakui Mancanegara

Sempat Terpuruk Dilanda Covid, Bangkit Lewat Transformasi Digital, Sirup Kalamansi Kini Diakui Mancanegara

Emi Yati saat menunjukkan produk olahan jeruk yang sudah menjadi sirup kalamansi. Namanya Putri Bengkulu.--

TRANSFORMASI digital saat ini kian santer terdengar di tengah kalangan masyarakat. Terutama di kalangan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah yang kian masif mensosialisasikan pentingnya digitalisasi bagi pelaku UMKM sebagai langkah pemulihan ekonomi pasca Indonesia dilanda Covid-19. Adanya transformasi digital saat ini terbukti ampuh meningkatkan kembali penjualan produk UMKM yang sempat terpuruk. Seperti yang dialami Emi Yati (55), wanita asal Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu. Pemasaran produk sirup kalamansi dengan nama Putri Bengkulu miliknya kini kian bangkit lewat penerapan transformasi digital. Produk diproduksi di Desa Taba Jambu Kecamatan Pondok Kubang ini, tidak hanya dikenal konsumen dari dalam Indonesia, juga dari mancanegara. Berikut ulasannya.

Leonardo Ferdian, Bengkulu Tengah

KEMAJUAN teknologi yang kian pesat mendorong interaksi dan memunculkan berbagai aktivitas di ruang digital. Dalam dunia bisnis, hal ini menghadirkan adanya transformasi digital sebagai upaya untuk mengubah pelaku bisnis dalam memasarkan dan menjual produk yang dimiliki dengan cara memanfaatkan teknologi. Penggunaan digitalisasi dalam dunia bisnis semakin sering digunakan pelaku usaha, lebih-lebih ketika dunia sedang dilanda Covid-19. Peluang ini dimanfaatkan oleh Emi. Ia mulai menjajal penggunaan teknologi sebagai upaya pemasaran produk sirup kalamnsi miliknya sekitar tahun 2014 silam. Berbekal pengetahuan yang didapatkan dari relasi maupun teman-temannya, produk mulai dipasarkan dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook, WhatsApp maupun Instagram. Hasilnya, penjualan yang awalnya anjlok mulai mengalami kebangkitan. Sejumlah pesanan-pesanan mulai berdatangan. Tidak hanya dari konsumen dalam Provinsi Bengkulu, namun juga dari luar Provinsi Bengkulu. Selain dari media sosial, Emi juga memanfaatkan platform e-commerce seperti Shoppee dan Tokopedia demi memperluas pemasaran produk.  
‘’Penjualan sirup kalamansi saya sempat menurun. Apalagi saat pandemi Covid-19. Salah satu yang jadi reseller saya saat itu, nol penjualan. Tapi seiring berjalannya waktu, teknologi kian muncul. Saya melihat peluang itu. Saya ikut mencoba memasarkan produk lewat media sosial maupun e-commerce seperti saat ini. Hasilnya, penjualan produk saya perlahan mulai bangkit. Saya merasakan sekali bagaimana pengaruh dari transformasi digital dalam UMKM,’’ ujar Emi.
Transformasi digital diakui Emi ampuh dalam memasarkan produknya. Dulu, pemasaran hanya dilakukan secara door to door ke rumah dengan mencantumkan nomor handphone di setiap kemasan produk. Namun seiring dengan adanya transformasi digital, pemasaran produk dipermudah. Keuntungan yang didapatkan bahkan mencapai puluhan juta dalam satu bulannya.
‘’Dulu pemasaran ke rumah-rumah, mencantumkan nomor handphone di kemasan. Kalau-kalau ada yang menghubungi. Tapi sekarang, pemasaran dipermudah. Lewat teknologi kehadiran media sosial, dicantumkan saja di Instagram atau Facebook, orang yang mengakses akan masuk langsung ke WhatsApp kita. Penjualan saya sekarang sudah sampai ke luar Provinsi Bengkulu. Ada juga yang jadi reseller. Seperti di Bogor, Tangerang, Jakarta, Malang. Jumlah pesanan tidak sedikit,’’ ujar Emi yang hanya tamatan sekolah dasar ini.



Dikenal Konsumen Mancanegara

PRODUK sirup kalamansi dengan nama Putri Bengkulu milik Emi kian dikenal oleh masyarakat luas melalui transformasi digital. Pemerintah kabupaten, provinsi hingga pusat kian melirik ketenaran dari produk ini. Setiap kali ada pameran, sirup kalamansi Putri Bengkulu terus masuk dalam daftar produk unggulan milik Indonesia. Pada tahun 2022, sirup kalamansi Putri Bengkulu terpilih sebagai 14 produk UMKM asal Indonesia yang dipamerkan dalam kegiatan Dubai Expo. Pada tahun yang sama, pameran lain juga ada digelar di Tangerang. Banyak wisatawan mancanegara yang datang mencicipi dan membeli sirup kalamansi miliknya. Wisatawan dari Yaman, Dubai, Arab Saudi bahkan wisatawan lainnya.
‘’Setiap pameran, produk saya diikutsertakan dalam salah satu produk UMKM unggulan. Dubai Expo, saya kirimkan 30 botol sirup dalam kemasan dan 5 liter sirup yang dikemas ulang dalam botol kaca yang kemudian dipajang di pameran. Pernah juga di Tangerang, ada wisatawan yang mencicipi dari luar negeri. Mereka sangat tertarik dengan produk ini. Menyarankan untuk dipasarkan ke luar negeri. Tapi sayangnya, kita masih ada kendala di pengiriman. Karena sirup ini tidak bisa tahan lama. Apalagi kalau di tempat yang panas atau pengap,’’ jelas Emi.



Sempat Ditertawakan, Sirup Kalamansi Kini jadi Primadona

AWAL mula Emi menggeluti usaha olahan jeruk kalamansi menjadi sirup kalamansi dengan nama Putri Bengkulu saat ini tidaklah mudah. Sirup pertama kali diproduksi pada tahun 2001 silam dengan dikemas dalam plastik layaknya minyak curah. Pemasaran dilakukan ke rumah-rumah masyarakat. Tidak sedikit yang mentertawakan lantaran bentuk kemasan sirupnya saat itu. Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat dari Emi untuk berjualan. Seiring berjalannya waktu, kemasan produknya kian berbenah. Tepatnya memasuki tahun 2006, awalnya hanya menggunakan plastik dengan produksi hanya 10 liter per bulan. Saat ini dikemas dalam bentuk botol yang bervariatif. Mulai dari botol kemasan ukuran 1.000 ml dijual Rp 50 ribu, ukuran 500 ml dijual Rp 30 ribu, ukuran 350 ml dijual Rp 20 ribu dan terkecil ukuran 250 ml dijual Rp 15 ribu.
‘’Pertama kali saya bersama teman-teman menanam jeruk kalamansi. Kemudian kami mulai berpikir apa nilai ekonominya. Dari situlah kami mulai mengolahnya menjadi sirup kalamansi. Karena itu tahap belajar, pemasaran ke rumah-rumah dengan kemasan plastik. Sempat ada yang mentertawakan. Kadang laku hanya 10 liter dalam satu bulan dengan harga Rp 8 ribu per liter. Lama-kelamaan, teman-teman saya banyak mundur karena tidak sanggup. Titik terendah waktu itu, sampai 90 liter sirup terbuang karena tidak ada yang beli. Tapi saya terus bertahan. Tahun 2006 mulai berganti kemasan dan akhirnya sampai sekarang sudah banyak penjualan. Bisa mencapai 150 liter sampai 200 liter sekali produksi. Rata-rata seminggu itu empat kali produksi,’’ jelas Emi.



Diganjar Berbagai Penghargaan, Ada dari Mantan Wapres RI

BERKAT tangan dingin Emi dalam mengolah jeruk kalamansi menjadi sirup kalamansi membuat dirinya diganjar berbagai penghargaan. Tidak hanya tingkat provinsi maupun nasional. Diantaranya piagam penghargaan Paramakarya tahun 2017 yang diberikan langsung mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, penghargaan Siddhakarya tahun 2016 yang diberikan Gubernur Bengkulu. Kemudian secara pribadi Emi sempat dinobatkan sebagai wanita terinspiratif.  
‘’Alhamdulillah sudah banyak penghargaan yang saya terima. Terkhusus untuk produk sirup kalamansi Putri Bengkulu ini sendiri maupun saya pribadi. Ada dari mantan Wapres RI, ada dari Gubernur dan berbagai macam penghargaan. Ini menjadi motivasi saya untuk terus berkembang,’’ pungkas Emi.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: