RAKYATBENTENG.COM - Pernahkah Anda mendengar tentang distonia atau sindrom Tourette? Kedua kondisi ini merupakan gangguan saraf yang memengaruhi gerakan tubuh.
Jika disebut dengan istilah seperti "kedutan" atau leher yang miring secara tiba-tiba (tengleng), biasanya orang akan langsung mengerti.
Begitu pula sindrom Tourette, yang ditandai dengan gerakan-gerakan otot tidak terkendali (tics), baik berupa kedutan di wajah maupun suara-suara spontan yang tak bisa dikendalikan.
Pada kasus yang parah, penderita distonia dan sindrom Tourette dapat menjalani prosedur Deep Brain Stimulation (DBS) sebagai salah satu solusi pengobatan.
BACA JUGA:Sering Dikonsumsi, 4 Makanan Ini Ternyata Tidak Cocok untuk Menu Sarapan Saat Sahur!
Distonia, Gangguan Gerak yang Kerap Terabaikan
Dilansir dari Disway.id, distonia adalah gangguan neurologis yang membuat otot menegang dalam waktu lama tanpa disadari, menimbulkan gerakan berulang yang tidak wajar hingga postur tubuh menjadi tidak normal.
Dr. dr. Rocksy Fransisca V. Situmeang, Sp.N (K), dari RS Siloam Lippo Village menjelaskan bahwa gejala distonia bisa muncul di berbagai bagian tubuh, seperti leher, wajah, suara, hingga tangan dan kaki. Kondisi ini cukup langka, hanya terjadi pada sekitar 16 orang dari 100.000 populasi.
Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan pemeriksaan klinis secara menyeluruh, mulai dari wawancara terkait riwayat keluarga hingga faktor pemicu seperti stres atau trauma. Pemeriksaan lanjutan dengan MRI atau tes genetik dapat dibutuhkan untuk memastikan penyebab pastinya.
BACA JUGA:Kedutan di Wajah Bisa Menjadi Tanda Gangguan Saraf, Simak Penjelasannya!
Sindrom Tourette: Lebih Kompleks dari Sekadar Gerakan Spontan
Berbeda dengan distonia, sindrom Tourette dikenal sebagai gangguan saraf yang lebih kompleks. Gejalanya muncul dalam bentuk tics, baik motor tics (gerakan tubuh yang tiba-tiba) maupun vocal tics (suara-suara tidak terkendali seperti batuk atau teriakan mendadak).
Menurut Dr. Rocksy, sindrom ini lebih banyak dijumpai pada laki-laki, dan penyebabnya diduga melibatkan faktor genetik serta kondisi psikologis ibu saat hamil. Lingkungan yang penuh tekanan juga dapat memperburuk gejala.
Penilaian keparahan sindrom Tourette dilakukan menggunakan skala khusus seperti Yale Global Tic Severity Scale (YGTSS). Jika nilainya cukup tinggi, DBS dapat menjadi salah satu alternatif terapi.
BACA JUGA:6 Tips Ampuh Jaga Tubuh Tetap Terhidrasi Saat Menjalani Puasa, Yuk Simak!