Penyelamatan Pony memerlukan bantuan dari 35 perwira militer bersenjata. Pony akhirnya berhasil dibawa ke tempat rehabilitasi pada tanggal 13 Februari 2003. Tim rehabilitasi juga harus mengatasi protes dan balas dendam dari penduduk desa tempat Pony tinggal dengan mengizinkan pemiliknya untuk mengunjunginya setiap bulan. Namun, Pony selalu merespon dengan berteriak dan buang air besar setiap kali melihat mantan pemiliknya, yang akhirnya menyebabkan kunjungan tersebut dihentikan demi keamanan Pony.
Proses mengembalikan Pony ke habitat alaminya tidaklah mudah. Awalnya, Pony menunjukkan tanda-tanda trauma dan menolak dirawat oleh pria serta takut kepada relawan pria. Namun, perlahan tapi pasti, Pony mulai pulih dan menerima perawatan dari perawat pria.
Setelah tiba di tempat rehabilitasi BOS Foundation Nyaru Menteng pada 13 Februari 2003, Pony dalam kondisi fisik yang sangat buruk. Rambutnya dicukur habis, dan tubuhnya penuh dengan luka gigitan nyamuk. Namun, dengan dedikasi tim medis, Pony mulai pulih dan mulai bersosialisasi dengan orangutan lain. Ia ditempatkan di Sekolah Hutan untuk mendapatkan bimbingan dan perhatian dari pengasuhnya.
Setelah dua tahun di Sekolah Hutan, keterampilan Pony terus berkembang, dan akhirnya ia dianggap siap untuk melanjutkan ke tahap akhir rehabilitasi di pulau pra-pelepasliaran. Namun, di pulau Bangamat, Pony menghadapi kendala dalam bersosialisasi, seringkali berada sendirian, malas mencari makanan alami, dan selalu menunggu teknisi untuk mendistribusikan makanan di feeding platform. Ia juga memiliki kemampuan bersosialisasi yang terbatas dan daya jelajah yang terbatas.
Pada bulan Juli 2010, Pony dipindahkan kembali ke kompleks sosialisasi Nyaru Menteng setelah tidak mampu bertahan di pulau. Di sana, ia terus mengembangkan keterampilannya dan sering dibawa ke Sekolah Hutan untuk memperbaiki keterampilan hidupnya. Kondisi Pony lambat laun membaik, yang memunculkan harapan bahwa ia mungkin bisa dikembalikan ke pulau pra-pelepasliaran suatu hari nanti.
Pada tanggal 29 Juni 2013, Pony dipindahkan kembali, kali ini ke Pulau Kaja, dengan berat badan mencapai 60kg. Di Pulau Kaja, Pony mulai menunjukkan perilaku yang lebih mirip dengan orangutan liar, lebih cekatan dalam mencari makanan alami, aktif di pohon-pohon, menjelajah jauh ke sudut-sudut pulau, membangun sarang yang kuat, dan berhasil bersosialisasi dengan orangutan lain. Namun, perbaikan ini hanya berlangsung selama sekitar tiga bulan. Tim BOS Foundation melaporkan bahwa kondisi Pony kembali melemah pada September 2013, dengan luka-luka tubuh, rambut kering, dan masalah nutrisi kronis yang mengakibatkan penurunan berat badan sekitar 16 kilogram.
Sejak saat itu, kondisi kesehatan Pony terus menurun, dengan berbagai penyakit menghampirinya. Bahkan, ia mengalami kaku otot di jari kaki dan tangan, sehingga memerlukan fisioterapi rutin dari tim medis.
Megutip situs Orangutan.id, kondisi Pony, Orangutan betina nan cantik itu kini berusia 21 tahun dan dalam keadaan sehat.