“Bakti Terakhirku Padamu Ibu”

Sabtu 21-08-2021,09:39 WIB
Reporter : admin
Editor : admin

Oleh: Muh Wiro Idrus Salam, SE KISAH singkat ini saya kutip dari obrolan menjelang malam dengan salah seorang perempuan "super" yang baru saja ditinggal pergi sang ibunda untuk selama-lamanya. Lantaran saya tidak mengantongi izin langsung dari yang bersangkutan untuk menulis kisahnya maka saya memutuskan tidak menyebutkan gamblang identitasnya. Menjaga kode etik jurnalistik. Selama kurang lebih 20 hari, ia mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat ibunda yang terpapar Covid-19 di salah satu rumah sakit di Provinsi Bengkulu ini. Sebagai pejabat pemerintahan di bidang kesehatan, ia adalah garda terdepan penanganan covid sejak masuk ke Bumi Rafflesia. Vaksinasi yang sedang gencar-gencarnya tak lepas dari tanggungjawabnya bersama elemen lain. Pun demikian dengan penerapan protokol kesehatan, disingkat prokes. Tidak bosan-bosannya prokes disuarakan agar terhindar dari covid. Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika virus yang sudah merenggut banyak nyawa itu turut menyerang sang ibunda yang tiga tahun lagi berusia kepala delapan. Faktanya dari hasil tes, tubuh perempuan renta yang amat sangat dicintainya itu terinfeksi covid. Sehebat apapun jabatan, setinggi apapun bidang ilmu, sebanyak apa materi yang dimiliki, anak tetaplah anak. Ketika ibunda terbaring sakit tak berdaya di kamar isolasi dengan napas mengandalkan asupan oksigen tabung, ancaman penularan covid pun sebagaimana yang ia sosialisasikan kepada masyarakat luas tak jadi halangan. "Tuhan lebih tahu apa saya kerjakan, saya ikhlas, pasrah. Dia ibu saya, orang yang melahirkan, membesarkan saya sampai saya bisa seperti sekarang," katanya. Saban hari ia mengurusi segala keperluan ibunya yang tak lagi bisa beranjak dari kasur seorang diri. Mulai dari bangun tidur hingga tertidur lagi. Keletihan tak lagi dirasakan melihat kondisi ibunya yang untuk tidur pun kesusahan. Saya pun diperlihatkan foto-foto yang menunjukkan jelas betapa tak lagi berlaku aturan physical distancing baginya. Paling utama adalah kesembuhan sang ibu yang sejak umur 36 tahun seorang diri menghidupi ke delapan anaknya. Justru, ibunya sempat mengingatkannya untuk juga melakukan tes dan selalu meminum vitamin agar tidak tertular. Disaat kesehatannya terus memburuk lantaran virus sudah menyerang pernapasannya, masih dipikirkannya kesehatan anak perempuan yang ia sayangi. Dan, maha besar Allah, dari hasil tes yang dilakukan, tubuhnya bersih, alias tidak terpapar virus. Allah SWT membalas kontan bakti terakhirnya kepada orang tua. Sampai akhirnya ajal menjemput sang ibu. "Bagi saya, itu ibu saya sedang sakit dan butuh saya. Saya akan lakukan apapun untuk kesembuhan ibu saya. Kami delapan beradik mengurusi ibu kami di rumah sakit. Tapi yang paling diminta ibu untuk selalu mendampingi adalah saya. Selama merawat ibu, vitamin terus saya minum, makan makanan yang menguatkan imun juga, untuk jaga-jaga. Kalau ternyata saya terpapar, saya hanya bisa pasrah. Tapi alhamdulillah saat saya tes hasilnya negatif," katanya. "Ibu saya seorang pejuang hebat yang jadi panutan kami anak-anaknya. Sejak bapak tidak ada, ibu sendirian membesarkan kami. Ibu saya orangnya humoris, dia sangat sayang dan sangat perhatian dengan seluruh anak dan cucunya. Selama ini ibu saya sehat, jarang sakit walaupun sudah tua. Sekarang dia sudah tiada. Kami tidak lagi punya ibu. Masih seperti mimpi bagi saya," katanya lagi dengan mata berkaca-kaca. Sungguh memilukan, inspiratif juga jadi evaluasi, terkhusus bagi saya pribadi. Sementara covid saja tak kuasa menyurutkan kecintaan ibu dan anak, apalagi permasalahan lain. Kasih sayang seorang ibu takan pernah terbalaskan oleh emas permata bahkan nyawa sekalipun. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR Bukhari dan Muslim).(***)

Tags :
Kategori :

Terkait