Kinerja RSUD Bengkulu Tengah Dikritik, Karena Apa…

Kinerja RSUD Bengkulu Tengah Dikritik, Karena Apa…

Mantan Kades Rindu Hati, Sutan Mukhlis, SH saat memberikan keterangan di depan awak media beberapa waktu lalu.--

RAKYATBENTENG.COM – Pelayanan bersalin di RSUD Bengkulu Tengah (Benteng) mendapatkan kritikan dari mantan Kades Rindu Hati, Sutan Mukhlis, SH. 

 

Mantan kades menilai pelayanan yang diberikan kurang optimal, hal ini dirasakannya langsung saat istrinya, Siska Aprita melakukan persalinan anak kelima hingga sang anak dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (7/1) lalu.

 

Data berhasil dihimpun, pada Kamis (5/1) malam, Sutan membawa istrinya yang sedang hamil ke RSUD Benteng lantaran mengalami sesak napas. 

 

Dari hasil pemeriksaan tim medis, istrinya disarankan untuk menjalani rawat inap. 

 

Istirnya kemudian ditempatkan di ruang inap penyakit dalam. 

 

BACA JUGA:Pelayanan Bersalin di RSUD Dinilai Kurang Optimal, Anak Mantan Kades Rindu Hati Meninggal Dunia

BACA JUGA:Prihatin Kades Dibui Gara-Gara Korupsi DD, Sekda Ingatkan Komitmen Antikorupsi Hakordia

 

Lalu, tepat pada Sabtu (7/1) dinihari, istrinya merasakan sakit pada bagian perut. 

 

Sutan langsung bergegas memanggil tim medis agar melakukan pemeriksaan. 

 

Saat itu, bidan datang melakukan pemeriksaan kandungan dengan hasil jatung bayi masih berdetak. 

 

Usai ditinggal bidan, pada pukul 04.35 WIB, perut istrinya kembali terasa sakit. 

 

Sutan yang panik, untuk kedua kalinya memanggil bidan dan perawat, namun bukannya dipindahkan ke ruang persalinan, bidan maupun perawat tersebut memilih berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis kandungan dan anak.

 

Sembari menunggu tindakan tim medis, Sutan sudah melihat tanda-tanda kelahiran semakin kuat ketika ketuban istrinya sudah pecah. 

 

BACA JUGA:Menjawab Keraguan dengan Hasil Kerja, Apa Saja?

BACA JUGA:Dugaan Asusila Siswi SMP, Tersangka Akui Sudah Tiga Kali Lakukan Aksi Bejatnya

 

Dirinya lantas mendesak tim medis untuk segera mengambil tindakan. Sempat terjadi adu mulut, akhirnya bidan dibantu dua dokter muda melakukan proses persalinan. 

 

Sekitar pukul 06.00 WIB, anaknya lahir, namun Allah SWT berkata lain, selang beberapa menit, anaknya dikabarkan meninggal dunia.

 

‘’Setelah saya desak bidan dan dokter itu, mereka baru mengambil tindakan untuk persalinan. Persalinan tetap dilakukan di ruang inap penyakit dalam dan tidak dipindahkan terlebih dahulu ke ruang persalinan. Tentu, di ruang itu kondisinya sangat ramai, banyak orang yang menyaksikan. Dalam persalinan juga, bidan menekan perut istri saya hingga bayi keluar. Memang saat keluar tidak ada tangisan. Selang beberapa menit, saya dikabarkan lagi jika bayi sudah meninggal dunia. Padahal sebelum itu ada yang melihat anak saya masih bergerak,’’ jelas Sutan.

 

Sutan menyayangkan pelayanan persalinan yang diberikan tim medis RSUD Benteng. 

 

Terlebih saat itu, ia menilai masih terdapat jeda waktu bagi petugas untuk memindahkan istrinya ke ruang bersalin. 

 

Disisi lain, peralatan untuk membantu persalinan dinilai minim.

 

BACA JUGA:Animo Guru Mendaftar Program Guru Penggerak Minim, Ini Alasannya

BACA JUGA:Kuota 75.000, Pendaftaran Guru Penggerak Sebentar Lagi Tutup, Simak Cara dan Syaratnya

 

‘’Kita pertanyakan pelayanan dari tim medis ini. Saat persalinan, ada dokter disana tidak mengambil tindakan apapun. Hanya berdiri di ujung kaki istri saya. Bidannya juga sempat menekan perut istri saya. Sampai saat ini perut istri saya masih terasa sakit. Termasuk peralatan yang kurang memadai. Dari hal ini, timbul kesan jika penanganan yang diberikan kurang profesional. Ini perlu dievaluasi,’’ jelas Sutan.

 

Terpisah, Direktur RSUD Benteng, dr. Hery Kurniawan menyampaikan turut berbelasungkawa atas meninggalnya anak dari Sutan. 

 

Dari kritikan yang disampaikan, Hery menjelaskan jika dari keterangan tim medis yang menangani tindakan bersalin, bahwa pasien memiliki riwayat sakit lupus dan mengalami sesak nafas.

 

‘’Soal kenapa dirawat di ruang inap penyakit dalam, pasien datang dengan sakit sesak nafas makanya di rawat inap di ruang itu dan bukan di ruang inap kebidanan. Penanganan sudah dilakukan sesuai dengan standar. Dimana tengah malam perawat ruang rawat inap penyakit dalam telah memanggil bidan yang bertugas untuk mengecak kandungan pasien dan hasilnya detak jantung bayi masih aman. Kemudian keluhan yang kedua dan langsung ditangani itu, diketahui detak jantung bayi sudah tidak ada. Saat kondisi itu, tidak memungkinkan untuk dipindahkan,’’ kata Hery.

 

BACA JUGA:Tarif Tol Bengkulu-Taba Penanjung Termahal? Ini Faktanya

BACA JUGA:Pesangon 201 Eks Karyawan PT. Batanghari Tuntas, Sebegini Nilainya

 

Tambahnya, lantaran kondisi bayi yang sudah tidak dirasakan detak jantung lagi, tim medis fokus menyelamatkan ibu. Ketika anak itu lahir tidak menangis, tim medis tetap melakukan tindakan sesuai standar penanganan bersalin.

 

‘’Jadi, memang dari pemeriksaan bayi yang kedua kalinya itu sudah meninggal dalam kandungan. Umur kandungan baru 32 minggu atau baru sekitar 8 bulan. Ditambah lagi sang ibu memiliki riwayat sakit lupus yang bisa mengancam kehamilan jika tidak ditangani sebaik mungkin,’’ demikian Hery.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: