RAKYATBENTENG.COM – Setiap 21 April, kita memperingati Hari Kartini sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan dan kesetaraan.
Tahun ini, perempuan Indonesia diajak untuk kembali menyulut semangat Kartini menjadi pribadi yang mandiri, berani, dan percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.
BACA JUGA:Simak! Ini Jadwal dan Aturan Penting Seleksi PPPK 2025
Menelusuri Jejak Kartini
Dilansir dari disway.id, berdasarkan catatan dari arsip Perpustakaan Nasional, Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Ia berasal dari keluarga bangsawan, putri pasangan R.M.A.A. Sosroningrat dan M.A. Ngasirah.
Sejak kecil, Kartini memiliki akses terhadap pendidikan yang tak lazim bagi perempuan pada masa itu, salah satunya dengan bersekolah di Europese Lagere School (ELS), sekolah elit berbahasa Belanda.
BACA JUGA:KUR BRI 2025 Tawarkan Pinjaman Rp50 Juta Tanpa Jaminan, Bunga Hanya 6%!
Namun, kebebasan itu tak berlangsung lama. Selepas menyelesaikan pendidikan dasar, keinginannya untuk melanjutkan sekolah harus kandas karena larangan dari ayahnya.
Meskipun kecewa, Kartini tak menyerah. Ia memilih menyalurkan pikirannya melalui tulisan.
Dalam surat-suratnya kepada teman-teman Belanda, Kartini mengungkapkan ketimpangan yang dialami perempuan Jawa serta kondisi masyarakat pribumi.
BACA JUGA:ASN Perempuan Tampil Berkebaya di Upacara Hari Kartini, Bupati Rachmat Sampaikan Pesan Inspiratif
Ia juga mengkritik ketidakadilan sosial yang dilakukan pemerintah kolonial, terutama terkait akses pendidikan.
Langkah Nyata Kartini
Kartini bukan hanya berpikir, tapi juga bertindak. Pada Juni 1903, ia mendirikan sekolah perempuan di Jepara sebagai wujud nyata perjuangannya.
Tujuannya jelas: membuka pintu dunia luar bagi kaum perempuan agar tak hanya terkurung dalam urusan domestik.