Jomblo Harus Simak! Merasa Kesepian Dapat Meningkatkan Resiko Penyakit Ini
RAKYAT BENTENG.COM - Kesepian karena jauh dari keluarga, tidak memiliki teman ataupun pasangan ternyata dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan loh. Menurut studi terbaru, orang yang dilanda kesepian memiliki kemungkinan 37 persen didiagnosis menderita penyakit Parkinson.
Dilansir dari pmjnews.com, temuan tersebut diungkap dalam studi baru yang diterbitkan di JAMA Neurology. Jika biasanya dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena demensia dan alzheimer, para peneliti ingin mencari tahu dampaknya terhadap penyakit Parkinson.
Penyakit Parkinson yakni penyakit neurodegeneratif, yaitu akibat proses penuaan sistem saraf. Pengidapnya bisa mengalami gangguan motorik dan keseimbangan tubuh, ditandai dengan tremor, gangguan koordinasi tubuh, dan kaku otot.
Penelitian ini tidak secara langsung menyebutkan bahwa kesepian mutlak menyebabkan penyakit Parkinson, namun hal itu bisa menimbulkan dampak negatif yang dapat timbul karena kesepian. Menurut peneliti, hasil itu penting karena saat ini banyak orang dilanda epidemi kesepian.
Studi menggunakan data dari 491.603 peserta dalam kelompok Biobank di Inggris, yang mengisi kuesioner antara tahun 2006 dan 2010. Kelompok tersebut diminta untuk memberikan jawaban ya atau tidak apakah mereka merasa kesepian.
Selama kurun waktu 15 tahun, para peneliti mengamati berapa banyak partisipan yang didiagnosis menderita penyakit Parkinson. Dari sana, tim meninjau apakah ada perbedaan risiko terkena penyakit Parkinson berdasarkan hal yang sama.
BACA JUGA:Jangan Anggap Sepele, Warna Upil Ternyata Bisa Jadi Petunjuk Kondisi Kesehatan Loh!
BACA JUGA:Lima Manfaat Luar Biasa dari Rutin Meminum Air Rebusan Serai untuk Kesehatan
Penulis studi, Antonio Terracciano, menyebutkan para peserta studi berusia antara 38 hingga 73 tahun. Sebanyak 54 persen di antaranya adalah perempuan. Kesepian lebih umum terjadi pada perempuan, orang yang berusia lebih muda, orang dengan tingkat pendidikan lebih rendah, serta orang yang memiliki kondisi kesehatan mental dan fisik tertentu.
Seperti yang sudah disebutkan, orang yang kesepian memiliki risiko 37 persen lebih besar terkena Parkinson. Setelah memperhitungkan faktor risiko penyakit Parkinson lainnya, seperti genetika dan kondisi kesehatan lainnya, orang yang setara masih mengalami peningkatan risiko sebesar 25 persen.
Terracciano yang merupakan profesor di departemen geriatri di Florida State University College of Medicine mengatakan hubungan antara kesetaraan dan Parkinson konsisten pada jenis kelamin dan usia. Namun, para ahli mencatat beberapa kemungkinan keterbatasan penelitian terkait kualitas data.
Data yang ada mungkin tidak tepat karena diagnosis yang salah. Bisa juga, diagnosis mungkin terlewat jika seseorang tidak memeriksakan diri ke dokter dan menunjukkan gejala. Selain itu, mungkin saja persamaannya didefinisikan secara berbeda.
Secara umum, penelitian tersebut hanyalah eksplorasi atau titik awal yang membuktikan ada semacam hubungan antara kesepian dan kesehatan otak. Salah satu gagasan yang mungkin adalah bahwa kesetaraan adalah gejala awal penyakit Parkinson.
Para peneliti menduga bahwa persamaan tersebut mungkin berhubungan dengan penyakit Parkinson pada tingkat yang sama seperti kecemasan, apatis, kelelahan, dan depresi. Namun, setelah mengatasi depresi dalam analisis, kesepian masih dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit.(tim)