Kisah Abu Nawas: Ketika Raja Harun Ingin Punya Istana di Atas Awan
RAKYAT BENTENG.COM – Sebagai raja, Harun ar-Rasyid kerap kali memiliki keinginan tak terduga, yang sesungguhnya mustahil untuk diwujudkan. Dan orang yang selalu diminta mewujudkan keinginan sang raja adalah Abu Nawas. Bukan Abu Nawas namanya jika mundur dari permintaan yang ditujukan kepadanya, apalagi titah raja.
Adapun rencana Baginda kali ini adalah memiliki sebuah istana di awang-awang atau awan karena sebagian dari raja-raja negeri sahabat telah mendirikan bangunan-bangunan yang luar biasa. Raja lalu mengutus beberapa orang kepercayaannya untuk mencari Abu Nawas. Setelah bertemu, Baginda mengajak Abu Nawas bergurau. Setelah saling tukar-menukar cerita-cerita lucu, Baginda lalu mengutarakan rencananya.
“Aku sangat ingin membangun istana di awang-awang agar aku lebih terkenal di antara raja-raja yang lain. Adakah kemungkinan keinginanku itu terwujud, wahai Abu Nawas?,” tanya Baginda Raja.
“Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan di dunia ini Paduka yang mulia,” kata Abu Nawas berusaha mengikuti arah pembicaraan Baginda.
“Kalau menurut pendapatmu hal itu tidak mustahil diwujudkan maka aku serahkan sepenuhnya tugas ini kepadamu,” kata Baginda puas.
Abu Nawas mendadak kaget bukan kepalang. la lalu menyesal telah mengatakan kemungkinan mewujudkan istana di awang-awang. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Kata-kata yang telah terlanjur didengar oleh Baginda tidak mungkin ditarik kembali.
Baginda memberi waktu Abu Nawas beberapa minggu. Rasanya tak ada yang lebih berat bagi Abu Nawas kecuali tugas yang diembannya sekarang. Jangankan membangun istana di langit, membangun sebuah gubuk kecil pun sudah merupakan hal yang mustahil dikerjakan.
“’Hanya Tuhan saja yang mampu melakukannya,” gumam Abu Nawas.
Hari-hari berlalu seperti biasa Tak ada yang dikerjakan Abu Nawas kecuali memikirkan bagaimana membuat Baginda merasa yakin kalau yang dibangun itu benar-benar istana di atas awan. Seluruh ingatannya dikerahkan dan dihubung-hubungkan.
BACA JUGA:Buah Surga yang Disukai Rasulullah SAW: Ini 5 Manfaat Luar Biasa Buah Delima untuk Kesehatan
BACA JUGA:Buat Kamu yang Lagi Cari Pasangan, Simak Nih 4 Kriteria Menurut Tuntunan Rasulullah
BACA JUGA:Bisa Jadi Anda Salah Satunya, Ini Ciri-Ciri Orang yang Cerdas yang Jarang Disadari
Abu Nawas kemudian berusaha menjangkau masa kanak-kanaknya. Sampai ia ingat bahwa dulu ia pernah bermain layang-layang. Inilah yang kemudian menjadi ide untuk Abu Nawas. Abu Nawas tidak menyia-nyiakan waktu lagi, ia bersama beberapa kawannya merancang layang-layang raksasa berbentuk persegi empat.
Setelah rampung baru Abu Nawas melukis pintu-pintu serta jendela-jendela dan ornamen-omamen lainnya. Ketika semuanya selesai Abu Nawas dan kawan-kawannya menerbangkan layang-layang raksasa itu dari suatu tempat yang dirahasiakan. Begitu layang-layang raksasa berbentuk istana itu mengapung di angkasa, penduduk negeri gempar seketika.
Baginda Raja girang tak terkira. Dengan tidak sabar beliau didampingi beberapa orang pengawal bergegas menemui Abu Nawas.
“Paduka yang mulia, istana pesanan Paduka telah rampung,” kata Abu nawas merendah.
“Engkau benar-benar hebat wahai Abu Nawas,” kata Baginda memuji Abu Nawas.
“Terima kasih Baginda yang mulia,” kata Abu Nawas.
“Lalu bagaimana caranya aku ke sana?” tanya Baginda.
“Dengan tambang Paduka yang mulia,” kata Abu Nawas dengan tenang.
“Kalau begitu siapkan tambang itu sekarang. Aku ingin segera melihat istanaku dari dekat,” kata Baginda.
“Hamba Paduka yang mulia. Hamba kemarin lupa memasang tambang itu Sehingga seorang kawan hamba tertinggal di sana dan tidak bisa turun,” kata Abu Nawas mulai berkelit.
“Bagaimana dengan engkau sendiri Abu Nawas? Dengan apa engkau turun ke bumi?,” tanya Baginda.
“Dengan menggunakan sayap Paduka yang mulia,” kata Abu Nawas dengan bangga.
“Kalau begitu buatkan aku sayap supaya aku bisa terbang ke sana,” kata Baginda yang terus menerus mendesak Abu Nawas.
“Paduka yang mulia, sayap itu hanya bisa diciptakan dalam mimpi,” kata Abu Nawas menjelaskan.
“Engkau berani mengatakan aku gila sepertimu?,” tanya Baginda yang mulai terpancing emosi mendengar jawaban Abu Nawas.
“Ya, Baginda. Kurang lebih seperti itu.” jawab Abu Nawas tangkas.
“Apa maksudmu?,” tanya Baginda lagi.
“Baginda tahu bahwa membangun istana di awang-awang adalah pekerjaan yang mustahil dilaksanakan. Tetapi Baginda tetap menyuruh hamba mengerjakannya. Sedangkan hamba juga tahu bahwa pekerjaan itu mustahil dikerjakan. Tetapi hamba tetap menyanggupi titah Baginda yang tidak masuk akal itu,” kata Abu Nawas berusaha menjelaskan kepada Baginda Raja.
Tanpa menoleh Baginda Raja kembali ke istana diiringi para pengawalnya. Abu Nawas berdiri sendirian sambi memandang ke atas melihat istana terapung di awang-awang.(tim)