RAKYAT BENTENG.COM - Masih banyak yang salah pemahaman atau penasaran kenapa kuliner satu ini dinamakan Nasi Kucing. Bagi sebagian orang masih mengira bahwa nasi kucing memiliki arti nasi untuk hewan kucing, kalau kamu termasuk salah satunya, fix kamu keliru.
Istilah yang diberikan pada menu khas angkringan ini dikarenakan porsinya yang sedikit seperti porsi makanan kucing. Nasi kucing sengaja dibuat dengan porsi yang sedikit menyesuaikan kemampuan beli dari masyarakat pribumi dulu.
Karena penghasilan yang didapat oleh masyarakat kala itu sedikit dan membuat mereka kesulitan memenuhi kebutuhan pangan, dibuatlah menu nasi kucing. Itulah mengapa nasi kucing juga identik atau erat kaitannya dengan makanan orang miskin.
BACA JUGA:Sphynx, Kucing Tanpa Bulu yang Harganya Bikin Melongo
BACA JUGA:Kucing Secara Tiba-Tiba Mendekati Kita Pertanda Baik atau Buruk? Ini Penjelasan Menurut Primbon Jawa
Asal Usul Nasi Kucing
Dikutip dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, adalah Mbah Karso Dikromo, yang masa mudanya akrab dipanggil Jukut. Mbah Karso yang berasal dari Desa Ngerangan, Klaten tahun 1930-an merantau ke Solo saat umur sekitar 15 tahun. Karena ayahnya meninggal dunia, sebagai sulung dari empat bersaudara Mbah Karso merasa bertanggung jawab untuk menghidupi keluarganya.
Sesampainya di Solo ia bertemu dengan Mbah Wono, pertemuan dengan Mbah Wono merupakan awal dari sejarah hik atau angkringan. Bekerja dengan Mbah Wono sebagai penggembala kerbau dan membantu membajak, Mbah Karso juga berkenalan dengan pejual makanan terikan (makanan dari Jawa Tengah berkuah kental dengan lauk tempe atau daging).
Dari perkenalan itu Mbah Karso kemudian ditawari untuk ikut berjualan terikan. Bermodalkan pikulan tumbu (alat untuk berjualan makanan) Mbah Karso mulai berjualan terikan. Setelah beberapa lama ikut berjualan terikan, pada 1943 Mbah Karso mendapatkan ide untuk menjajakan minuman.
Bertujuan agar pembeli bisa melegakan dahaga saat makan. Dari ide itu Mbah Karso sedikit memodifikasi pikulan jualannya. Bagian depan untuk makanan, bagian belakang untuk ceret minuman. Dari berjualan dengan pikulan ini Mbah Karso mengajak warga dari desanya ikut berjualan sepertinya.
Yang semula hanya menu terikan kemudian ditambah dengan makanan lainnya seperti jadah bakar, singkong, getuk, kacang, dan aneka sate yang ada sampai sekarang. Macam-macam lauk dimasukkan dalam wadah dari daun pisang yang disebut takir.
Selain aneka lauk, ditambah juga nasi kucing. Nasi kucing ini sebenarnya adalah nasi dengan lauk sedikit ikan bandeng, karena bandeng identik dengan makanan kucing, sehingga sampai sekarang nasi bandeng ini disebut juga dengan istilah nasi kucing. Kehadiran nasi kucing ini pada waktu itu justru menggeser pamor terikan, dari sinilah kenapa nasi kucing selalu identik dengan hik atau angkringan.
Nasi Kucing Naik Kelas
Seiring berjalannya waktu, nasi kucing tidak lagi jadi kuliner khas masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Di berbagai daerah, telah berjamur Warung angkringan yang menu khasnya nasi kucing menjadi salah satu tempat nongkrong terjangkau terutama bagi anak milenial.