KEBERADAAN organisasi Karang Taruna di Desa Lagan Bungin, Kecamatan Semidang Lagan tak bisa lepas dari figur Huswandi. Ya, Huswandi lah ketua pertama karang taruna di desa tahun 1999 lalu, atau kurang lebih 1 tahun pasca Reformasi 1998. Bukan perkara mudah kala itu bagi Huswandi beserta pengurus merintis organisasi sebagai wadah generasi muda untuk mengembangkan diri, tumbuh, dan berkembang dari, oleh, dan untuk generasi muda, yang diarahkan pada tercapainya kesejahteraan sosial masyarakat.
Namun Huswandi beserta pengurusnya mampu membuktikan diri merangkul, menggali dan mengembangkan potensi anak-anak muda desa untuk berkontribusi aktif di bidang sosial kemasyarakatan serta bidang lainnya.
BACA JUGA:Jangan Remehkan Lulusan Paket C! Pria Ini Buktikan Hasil Memimpin Desa
Dituturkan lebih lanjut pria kelahiran Desa Lagan Bungin tahun 1980 ini saat disambangi rakyatbenteng.disway.id, karang taruna di bawah kepemimpinannya adalah yang menginisiasi pembukaan serta merintis pengembangan kawasan air terjun setempat, Curuq Embun lalu, dengan mimpi suatu saat kelak bakal menjadi ikon wisata desa yang membuat Lagan Bungin dikenal luas.
"Saya itu pada tahun 1998 menjadi ketua karang taruna pertama di desa. Pada saat masih menjabat, saya bersama dengan pemuda desa ikut membantu membuka dan merintis kawasan wisata air terjun curug embun. Alhamdulillah sekarang air terjun itu sudah dikenal luas," terang Huswandi.
Siapa sangka, suami dari Neti Anita ini awalnya bercita-cita menjadi seorang Tentara. Namun jalan hidup Lulusan SDN 08 Taba Lagan, MTS Negeri Kota Bengkulu dan SMK 2 jurusan Teknik Pengecoran Logam (TPL) mengantarkan Huswandi menjadi seorang wirausaha.
BACA JUGA:Maksimalkan DD Tingkatkan Infrastruktur Agar Pendapatan Petani Rindu Hati Meningkat
"Usaha pengelolaan sumber mata air jernih serta dua tangki mobil air, dan ada usaha material. Lalu saya juga ada DO dari salah satu PT batu bara. Ya alhamdulillah dari usaha-usaha itu saya bisa menghidupi istri dan anak-anak saya hingga sekarang," urai ayah dari lima orang anak ini.
Huswandi mengungkapkan keprihatinannya terhadap warisan seni dan budaya lokal yakni Sarafal Anam yang menurutnya semakin terancam oleh kemajuan zaman, dalam hal ini teknologi. Baginya, menjadi keharusan bagi generasi penerus untuk merawat, melestarikan budaya dan adat istiadat daerah agar tidak punah.
"Dengan teknologi itu seharusnya mempermudah dalam belajar atau mengedukasi kepada masyarakat terutama anak-anak muda tentang hal-hal positif, salah satunya tentang melestarikan seni budaya dan adat istiadat. Gotong Royong pun bisa kita perhatikan juga hampir menghilang. Itukan warisan leluhur kita, identitas kita yang harus terus menerus dijaga jangan sampai hilang," demikian Huswandi.(ae3)