Klarifikasi Kritikan Soal Persalinan, Didamping Kadinkes, Direktur RSUD Sambangi Rumah Mantan Kades

Rabu 11-01-2023,21:30 WIB
Reporter : Leonardo Ferdian
Editor : Leonardo Ferdian

RAKYATBENTENG.COM – Difasilitasi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bengkulu Tengah (Benteng), Ns. Gusti Miniarti, S.Kep, MH, Direktur RSUD Benteng, dr. Hery Kurniawan menyambangi kediaman mantan Kades Rindu Hati, Sutan Mukhlis, SH pada Rabu (11/12) sore tadi. Kedatangan guna memberikan klarifikasi secara langsung terkait pelayanan persalinan yang dinilai kurang optimal oleh Sutan. Terutama saat proses persalinan istrinya yang berujung dengan meninggal dunia anak kelimanya tersebut.  

Disampaikan Hery, kedatangannya dalam rangka berbelasungkawa atas meninggal dunianya anak kelima dari Sutan pasca persalinan di RSUD Benteng beberapa hari lalu. Disisi lain, memberikan klarifikasi terkait dengan proses persalinan yang terjadi.

 

‘’Saya difasilitasi Kadinkes, telah datang ke rumah pak Sutan. Apa yang disampaikan beberapa waktu lalu, itu merupakan bentuk kritikan. Kami menerima itu dan akan ditindaklanjuti dengan mengevaluasi petugas. Intinya sekarang ini tidak ada permasalahan lagi,’’ ujar Hery.

 

Hery menuturkan, dalam menjalankan tugas, petugas telah berupaya menaati Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.

 

‘’Kita selalu mengikuti SOP yang berlaku dalam memberikan pelayanan kesehatan,’’ ungkap Hery.

BACA JUGA:Warga Tolak Perpanjangan Izin HGU PT. BNT, Ini Langkah Pemkab

BACA JUGA:Bengkulu Tengah Berlakukan KTP Digital, Untuk Siapa Saja…

 

Sekadar mengulas, kritikan yang dilontarkan Sutan kepada RSUD Benteng dilontarkan usai istrinya Siska Aprita melakukan persalinan anak kelima hingga dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (7/1) lalu.

 

Kronologis kejadian, pada Kamis (5/1) malam, Sutan membawa istrinya yang sedang hamil ke RSUD Benteng lantaran mengalami sesak napas. Dari hasil pemeriksaan tim medis, istrinya disarankan untuk menjalani rawat inap. Istirnya kemudian ditempatkan di ruang inap penyakit dalam. Lalu, tepat pada Sabtu (7/1) dinihari, istrinya merasakan sakit pada bagian perut. Sutan langsung bergegas memanggil tim medis agar melakukan pemeriksaan. Saat itu, bidan datang melakukan pemeriksaan kandungan dengan hasil jatung bayi masih berdetak. Usai ditinggal bidan, pada pukul 04.35 WIB, perut istrinya kembali terasa sakit. Sutan yang panik, untuk kedua kalinya memanggil bidan dan perawat. Namun, bukannya dipindahkan ke ruang persalinan, bidan maupun perawat tersebut memilih berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis kandungan dan anak.

 

Sembari menunggu tindakan tim medis, Sutan sudah melihat tanda-tanda kelahiran semakin kuat ketika ketuban istrinya sudah pecah. Dirinya lantas mendesak tim medis untuk segera mengambil tindakan. Sempat terjadi adu mulut, akhirnya bidan dibantu dua dokter muda melakukan proses persalinan. Sekitar pukul 06.00 WIB, anaknya lahir. Namun Allah SWT berkata lain, selang beberapa menit, anaknya dikabarkan meninggal dunia.

BACA JUGA:Eitsss, Kendaraan Angkutan Ini Disarankan Tidak Lintasi Jalan Tol, Simak Penjelasannya

BACA JUGA:Bunga Rafflesia Kembali Mekar, Lokasinya Tak Disangka-sangka

 

‘’Setelah saya desak bidan dan dokter itu, mereka baru mengambil tindakan untuk persalinan. Persalinan tetap dilakukan di ruang inap penyakit dalam dan tidak dipindahkan terlebih dahulu ke ruang persalinan. Tentu, di ruang itu kondisinya sangat ramai, banyak orang yang menyaksikan. Dalam persalinan juga, bidan menekan perut istri saya hingga bayi keluar. Memang saat keluar tidak ada tangisan. Selang beberapa menit, saya dikabarkan lagi jika bayi sudah meninggal dunia. Padahal sebelum itu ada yang melihat anak saya masih bergerak,’’ jelas Sutan.

 

Sutan menyayangkan pelayanan persalinan yang diberikan tim medis RSUD Benteng. Terlebih saat itu, ia menilai masih terdapat jeda waktu bagi petugas untuk memindahkan istrinya ke ruang bersalin. Disisi lain, peralatan untuk membantu persalinan dinilai minim.

 

‘’Kita pertanyakan pelayanan dari tim medis ini. Saat persalinan, ada dokter disana tidak mengambil tindakan apapun. Hanya berdiri di ujung kaki istri saya. Bidannya juga sempat menekan perut istri saya. Sampai saat ini perut istri saya masih terasa sakit. Termasuk peralatan yang kurang memadai. Dari hal ini, timbul kesan jika penanganan yang diberikan kurang profesional. Ini perlu dievaluasi,’’ jelas Sutan.

BACA JUGA:Kinerja RSUD Bengkulu Tengah Dikritik, Karena Apa…

BACA JUGA:Demi Bangun Jalan Desa, Murid SD Diduga Dimintai Uang Rp.20 Ribu

 

Terpisah, Direktur RSUD Benteng, dr. Hery Kurniawan menyampaikan turut berbelasungkawa atas meninggalnya anak dari Sutan. Dari kritikan yang disampaikan, Hery menjelaskan jika dari keterangan tim medis yang menangani tindakan bersalin, bahwa pasien memiliki riwayat sakit lupus dan mengalami sesak nafas.

 

‘’Soal kenapa dirawat di ruang inap penyakit dalam, pasien datang dengan sakit sesak nafas makanya di rawat inap di ruang itu dan bukan di ruang inap kebidanan. Penanganan sudah dilakukan sesuai dengan standar. Dimana tengah malam perawat ruang rawat inap penyakit dalam telah memanggil bidan yang bertugas untuk mengecak kandungan pasien dan hasilnya detak jantung bayi masih aman. Kemudian keluhan yang kedua dan langsung ditangani itu, diketahui detak jantung bayi sudah tidak ada. Saat kondisi itu, tidak memungkinkan untuk dipindahkan,’’ kata Hery.

 

Tambahnya, lantaran kondisi bayi yang sudah tidak dirasakan detak jantung lagi, tim medis fokus menyelamatkan ibu. Ketika anak itu lahir tidak menangis, tim medis tetap melakukan tindakan sesuai standar penanganan bersalin.

 

‘’Jadi, memang dari pemeriksaan bayi yang kedua kalinya itu sudah meninggal dalam kandungan. Umur kandungan baru 32 minggu atau baru sekitar 8 bulan. Ditambah lagi sang ibu memiliki riwayat sakit lupus yang bisa mengancam kehamilan jika tidak ditangani sebaik mungkin,’’ demikian Hery.(***)

 

Kategori :